Cari Blog Ini

Senin, 25 April 2022

ISLAM AGAMA CINTA

Bismillah...
Sahabat yang dirahmati Allah ta'ala

Dengan ini kami informasikan bahwa pengiriman materi pembelajaran libur terlebih dahulu dimulai dari 10 hari terakhir Ramadhan ini sampai dengan liburan Hari Raya nanti.

Insya Allah pengiriman materi akan dimulai kembali setelah libur Hari Raya, yaitu tepatnya 9 Mei 2022.

Semoga Allah ta'ala memberikan Taufiq kepada kita untuk memanfaatkan akhir Ramadhan ini dengan berbagai amal shaleh.

Barokallahu fiikum

Malam ini kita memasuki malam tanggal ke-23 Ramadhan

✅ *Bulan Ramadhan Bulan Pelipatgandaan Pahala, Bulan Sedekah*
_"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah orang yang paling dermawan. Dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan saat beliau bertemu Jibril. Jibril menemuinya setiap malam untuk mengajarkan Al Qur'an. Dan kedermawanan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melebihi angin yang berhembus."_ *(HR. Bukhari, no.6)*

Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Fathul Baari menjelaskan bahwa diibaratkan demikian karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sangat ringan dan cepat dalam memberi, tanpa banyak berpikir, sebagaimana angin yang berhembus cepat.

✅ *Malam Ganjil adalah Malam Potensi Lailatul Qodar*
_"Carilah malam lailatul qadar di (malam ganjil) pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan.”_ *(HR. Bukhari Muslim)*

Jangan sia-siakan kesempatan emas ini dengan ambil bagian dalam program berikut ini:

*A. Wakaf Al-Qur'an*
_Nilai donasi Rp 100.000/mushaf. Mushaf Al-Qur'an akan didistribusikan masjid/pesantren/lembaga yang membutuhkan.🍁🍁🍁
Dari Thariq bin Al-Asyim Al-Asyja'i radhiallahu 'anhu,

Sesungguhnya ia pernah mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dimana saat itu Nabi didatangi seorang laki-laki dan bertanya,

_"Wahai Rasulullah, apa yang sebaiknya saya minta ketika saya sedang berdoa kepada Rabb-ku?"_

🍀🍀🍀
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kemudian bersabda, "Berdoalah dengan mengucapkan:

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي، وَارْحَمْنِي، وَعَافِنِي، وَارْزُقْنِي

_"Ya Allah, ampunilah aku, rahmatilah aku, selamatkanlah aku, dan berilah rizki kepadaku."_

🌷🌷🌷
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengumpulkan jari-jemari kecuali ibu jarinya. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

_"Sesungguhnya doa-doa ini *mengumpulkan kebaikan* untuk dunia dan akhiratmu."_

📙 Shahih Muslim no. 2697

عن طارق بن الأشيم الأشجعي رضي الله عنه:

أنَّهُ سَمِعَ النبيَّ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ وَأَتَاهُ رَجُلٌ، فَقالَ: يا رَسولَ اللهِ، كيفَ أَقُولُ حِينَ أَسْأَلُ رَبِّي؟ قالَ: قُلْ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي، وَارْحَمْنِي، وَعَافِنِي، وَارْزُقْنِي وَيَجْمَعُ أَصَابِعَهُ إلَّا الإبْهَامَ فإنَّ هَؤُلَاءِ تَجْمَعُ لكَ دُنْيَاكَ وَآخِرَتَكَ.

📙 صحيح مسلم 2697

Donasi Jariyah Pembangunan Pondok Pesantren
Pembutuhkan Data Sebesar Rp 17.313.313.313

Informasi Penggalangan Dana

Kami menjalankan yang sesuai 
dengan firman Allah di dalam Surat Ali Imran ayat 31:

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ 

.وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
HIBAHKAN DAN Donasikan rizqi anda untuk dakwah Islam Ahlul Bait às.



BANK BSI Syariah kode bank 451 Rekening 6201033640 --- Kami ucapkan Terima Kasih ---
Aku Muhammad Sofan AL Mahdi (Sofan AL Mahdi) kalau ada orang menyebarkan tentang yang tidak baik berarti berita tersebut bohong. Mereka ingin menghancurkan namaku ,agar lahan dakwahku islamiyah tidak ada.
BANK BSI Syariah kode bank 451 Rekening 6201033640 --- Kami ucapkan Terima Kasih ---
Aku Muhammad Sofyan AL Mahdi (Sofan AL Mahdi) Maaf dompet aku hilang warna merah kembang ada ktp,atm dll. ...Tolong kembalikan...
M. Shofyan AL MAHDI: Kirim pulsa 25 ribu setiap bulanya ke nmr 08988104417
M Shofyan AL MAHDI: Kirim pulsa 25 ribu setiap bulanya ke nmr 085773099996
kalau ada orang menyebarkan tentang yang tidak baik berarti berita tersebut bohong. Mereka ingin menghancurkan namaku ,agar lahan dakwahku islamiyah tidak ada.

Kamis, 31 Maret 2022

"JARIYAHKAN HARTA KALIAN UNTUK AGAMAMU"

Hadits Tentang Amalan Yang Tidak Terputus Hingga Setelah Meninggal


Artinya:

Dari Abu Hurairah r.a. berkata, Rosulullah Saw. bersabda: ”Apabila ‘anak Adam itu mati, maka terputuslah amalnya, kecuali (amal) dari tiga ini: sedekah yang berlaku terus menerus, pengetahuan yang d manfaatkan, dan anak sholeh yang mendoakan dia.” (HR Muslim)


Penjelasan:

Dunia adalah tempat menabur benih dan akhirat adalah tempat mengetam. Penyesalan yang mendalam tiada berguna bagi orang yang meninggal dunia tanpa dibekali amal sholeh selama hidupnya di dunia. Setelah seseorang meninggal dunia, maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga perkara:

  1. Shadaqah jariyah, yaitu sesuatu yang terus-menerus manfaatnya, seperti wakaf tanah, buku-buku, lembaga-lembaga pendidikan, dan lain-lain.
  2. llmu yang bermanfaat, seperti mengajarkan sesuatu kepada orang lain atau murid, mengarang buku, dan lain sebagainya.
  3. Anak sholeh yang selalu mendoakan kedua orang tuanya, taat dan bermanfaat bagi orang tuanya, agama, nusa dan bangasa.

Kesimpulan:

  1. Pahala akan sampai kepada orang yang sudah meninggal melalui’tiga cara; sadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan doa dari anak yang shaleh
  2. Anjuran untuk melakukan kebaikan yang pahalanya dapat terus mengalir meskipun telah meninggal dunia
  3. Keutamaan ilmu, menyebarkan dan mengajarkannya

------------

Donasi Jariyah Pembangunan Pondok Pesantren

Pembutuhkan Data Sebesar Rp 17.313.313.313

Informasi Penggalangan Dana

Kami menjalankan yang sesuai 
dengan firman Allah di dalam Surat Ali Imran ayat 31:

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ 

.وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
"HIBAHKAN DAN Donasikan rizqi anda untuk dakwah ISLAM"
----


BANK BSI Syariah kode bank 451 Rekening 6201033640 --- Kami ucapkan Terima Kasih ---


Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Mengajak saudara sekalian untuk berinfaq jariyah untuk pembangunan Pondok Pesantren AL MAHDIWIYYAH AL MUKHTAR di Desa SENGON WETAN, Kec. TANJUNG, Kab Brebes, Jawa Tengah. terkumpulnya donasi diharapkan akan mempercepat pembangunan dan dapat melengkapi kebutuhan sarana & prasarana yang dibutuhkan.

Dimulai pembangunan tahun 2025- sampai selesai. makannya kami butuh batuannya sebanyak mungkin yang bisa anda salurkan kepada kami.....

3 Keutamaan ber-Shodaqoh Jariyah Untuk Pendidikan

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)


Sungguh di antara nikmat agung Allâh yang diberikan kepada para hamba-Nya yang beriman adalah Allâh Azza wa Jalla menyediakan pintu-pintu kebaikan yang sangat banyak bagi mereka. Pintu-pintu kebaikan yang bisa dikerjakan oleh seorang hamba yang mendapatkan taufiq semasa hidupnya di dunia, namun pahalanya akan terus mengalir sepeninggal si pelaku. (Aliran pahala ini sangat dibutuhkan oleh orang yang sudah meninggal.) Karena orang yang sudah meninggal itu tergadai, mereka tidak bisa lagi beramal dan mereka akan diminta pertanggungan jawab lalu diberi balasan dari perbuatan-perbuatan yang pernah mereka lakukan dalam hidup mereka. (Berbahagialah !) orang yang mendapatkan taufiq (dalam hidupnya, karena) di dalam kuburnya kebaikan-kabaikan, pahala dan keutamaan akan terus mengalir baginya. Dia sudah tidak lagi beramal akan tetapi pahalanya tidak terputus, derajatnya bertambah, dan kebaikannya semakin berkembang, serta pahalanya berlipat ganda padahal dia sudah terbaring kaku dalam kuburnya.Termasuk diantara keutamaan berdonasi jariyah untuk pendidikan yaitu anda akan mendapatkan 3 keutamaan sekaligus yakni :

1. Pahala Berdonasi Jariyah
2. Ikut membantu mencetak anak-anak sholeh & solehah.
3. Mewariskan ilmu yang bermanfaat dengan jalan mendukung sarana pembelajaran.


Do'a Para Malaikat untuk orang yang berinfak

Imam al-Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, beliau berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‘Tidak satu hari pun di mana pada pagi harinya seorang hamba ada padanya melainkan dua Malaikat turun kepadanya, salah satu di antara keduanya berkata: ‘Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak.’ Dan yang lainnya berkata: ‘Ya Allah, hancurkanlah (harta) orang yang kikir."

Disaat banyaknya manusia berlomba dalam membangun rumah mewah kami disini mencoba untuk membangun dan Menyelesaikan Gedung yang cukup untuk menampung para calon santri.


Maka, sempatkanlah barang lima menit untuk membaca broadcast dari kami.
Dan kami berharap semoga Allah bukakan hati kepada Para Pembaca untuk menyisihkan sedikit hartanya.

Atau paling tidak, nitip broadcast ini disebarkan di group group lainnya.


Dan pada kali ini, kami membuka peluang amal jariyyah yang pahalanya akan terus mengalir.

Yakni : Pembiayaan untuk Tenaga Kerja Bangunan Masjid dan Kelas/ Asrama Pondok

Kurang lebih biaya yang kami butuhkan adalah untuk biaya Tenaga Kerja dan Keperluan lainnya yang semuanya dalam rangka merampungkan Pembangunan Gedung Pondok

--------------

Inilah 7 Amalan yang Pahalanya Terus Mengalir

Salah satu nikmat Allah yang besar atas hamba-hamba-Nya yang beriman adalah bahwa Dia telah mempersiapkan bagi mereka banyak pintu kebaikan yang dapat dilakukan oleh hamba dalam hidup ini dan pahalanya akan terus mengalir kepadanya setelah kematian menjemputnya. Tatkala di dalam kubur, penghuninya sudah tidak bisa berbuat apa-apa, sudah terputus kesempatan beramal, tinggal menghitung apa yang sudah dilakukan semasa hidupnya dulu. Namun, ternyata ada orang yang terus mendapat kebaikan yang mengalir di dalam kuburnya. Pahala dan keutamaan senantiasa terus datang silih berganti. Dia telah meninggalkan dunia yang merupakan negeri untuk beramal, akan tetapi tidak terputus pahala amalnya. Sehingga, senantiasa bertambah derajatnya dan pahalanya pun terus berlipat, meskipun dia sudah berada di alam kubur. Tidak ada keutamaan dan kebaikan yang lebih baik dari semua ini.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasalllam menyebutkan tujuh perkara yang akan tetap mengalir pahalanya, meskipun seorang hamba sudah berada di dalam kubur setelah kematian menjemputnya. Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

سبعٌ يجري للعبد أجرهن وهو في قبره بعد موته : من علَّم عِلْماً ، أو أجرى نهراً ، أو حَفَر بئراً ، أو غرس نخلاً أو بنى مسجداً ، أو ورَّث مصحفاً ، أو ترك ولداً يستغفر له بعد موته

Ada tujuh amalan yang akan mengalir pahalanya bagi seorang hamba, meskipun ia berbaring di lubang kuburan setelah meninggal: (1) mengajarkan ilmu, (2) mengalirkan air sungai, (3) membuat sumur, (4) menanam kurma, (5) membangun masjid, (6) membagikan mushaf Al-Qur’an, atau (7) meninggalkan anak yang akan memintakan ampun baginya setelah ia meninggal. “ (HR. Al-Bazzar)

Renungkanlah wahai saudaraku muslim mengenai amal-amal yang mulia ini. Pastikan bahwa Anda memiliki andil bagian dalam mengamalkannya selama hidup di dunia. Bersegeralah dan bersemangat dalam mengamalkannya sebelum datangnya ajal. Berikut adalah beberapa penjelasan mengenai tujuh amalan tersebut:

Mengajarkan Ilmu

Yang dimaksud ilmu di sini adalah ilmu yang bermanfaat, yaitu ilmu yang menjelaskan kepada manusia tentang agamanya, mengenal Rabbnya, dan sekaligus sesembahannya, ilmu yang memberi petunjuk kepada jalan yang lurus, ilmu yang bisa membedakan antara jalan petunjuk dan kesesatan, kebenaran dan kebatilan, serta perkara halal dan haram.

Dengan demikian, jelaslah  keagungan dan keutamaan para ulama yang terus memberi nasihat dan berdakwah dengan ikhlas, yang hakikatnya mereka adalah pelita bagi para hamba, mercusuar yang menerangi suatu negeri, kekuatan yang menopang umat, dan sumber dari segala hikmah. Hidup mereka sangatlah berharga, dan kematian mereka adalah musibah. Mereka mengajari orang-orang bodoh, mengingatkan orang-orang yang lalai, dan memberi petunjuk kepada orang-orang yang sesat.

Jika salah seorang di antara mereka meninggal, maka ilmunya tetap diwariskan kepada umat manusia, dan tulisan serta perkataannya tetap beredar di antara manusia yang hidup sepeninggal mereka. Dari amalnya tersebut, mereka mendapat manfaat dan menuai pahala. Mereka terbaring di dalam kuburnya, namun pahala diturunkan kepadanya, dan pahala itu akan terus mengalir untuknya.

Dahulu mereka sering berkata, “Ulama meninggal, tapi bukunya tetap ada.” Saat ini, bahkan suara dan gambar para ulama pun tetap terekam dalam kaset/video yang berisi pelajaran ilmiah, ceramah-ceramah yang bermanfaat, dan pidato-pidato yang penuh makna.

Barangsiapa yang berkontribusi dalam pencetakan buku-buku yang bermanfaat, penerbitan buku-buku yang penuh faidah, penyebaran kaset-kaset ilmiah dan dakwah, maka dia akan berpeluang besar juga untuk mendapatkan pahala tersebut, insyaallah.


Mengalirkan Air Sungai

Yang dimaksud adalah mengalirkan air dari mata air atau sungai agar airnya sampai ke tempat-tempat penduduk dan persawahan, sehingga bisa untuk menyiram tanaman, dan memberi minum hewan.

Betapa banyak amal agung dan tindakan kebaikan yang bisa dilakukan kepada banyak manusia sehingga akan meringankan pekerjaan mereka dengan cara memfasilitasi kebutuhan air yang merupakan kebutuhan paling dasar untuk kehidupan. Termasuk dalam hal ini adalah menyalurkan air melalui pipa ke tempat-tempat warga, serta menempatkan dispenser di jalan dan tempat umum agar bisa diminum oleh orang yang membutuhkan.

Membuat Sumur

Hal ini mirip dengan perbuatan di atas. Dan perkara ini dijelaskan dalam hadis Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِى بِطَرِيقٍ اشْتَدَّ عَلَيْهِ الْعَطَشُ فَوَجَدَ بِئْرًا فَنَزَلَ فِيهَا فَشَرِبَ ثُمَّ خَرَجَ فَإِذَا كَلْبٌ يَلْهَثُ يَأْكُلُ الثَّرَى مِنَ الْعَطَشِ فَقَالَ الرَّجُلُ لَقَدْ بَلَغَ هَذَا الْكَلْبَ مِنَ الْعَطَشِ مِثْلُ الَّذِى كَانَ بَلَغَ مِنِّى. فَنَزَلَ الْبِئْرَ فَمَلأَ خُفَّهُ مَاءً ثُمَّ أَمْسَكَهُ بِفِيهِ حَتَّى رَقِىَ فَسَقَى الْكَلْبَ فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ . قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَإِنَّ لَنَا فِى هَذِهِ الْبَهَائِمِ لأَجْرًا فَقَالَ  فِى كُلِّ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أَجْرٌ

Ketika seorang laki-laki sedang berjalan, dia merasakan kehausan yang sangat. Lalu, dia turun ke sumur dan minum. Ketika dia keluar, ternyata ada seekor anjing sedang menjulurkan lidahnya menjilati tanah basah karena kehausan. Dia berkata, ‘Anjing ini kehausan seperti diriku.’ Maka, dia mengisi sepatunya (dengan air) dan memegangnya dengan mulutnya. Kemudian, dia naik dan memberi minum anjing itu. Allah berterima kasih kepadanya dan mengampuninya.” Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, apakah kita bisa meraih pahala dari binatang?” Beliau menjawab, “Setiap memberi minum pada hewan akan mendapatkan pahala.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Jika demikian besarnya pahala terhadap anjing, lalu bagaimana dengan seseorang yang menggali sumur yang keberadaannya menyebabkan orang-orang yang membutuhkan akan banyak mengambil manfaat darinya?

Menanam Pohon Kurma

Sebagaimana diketahui bahwa pohon kurma adalah  pohon yang paling baik, paling utama, dan paling bermanfaat bagi manusia. Barangsiapa yang menanam pohon kurma dan menyebarkan buahnya kepada kaum muslimin, maka pahalanya akan tetap mengalir selama buahnya dimanfaatkan untuk dimakan. Dan setiap kali ada manusia dan hewan yang mendapat manfaat dari pohon tersebut, dia pun akan ikut mendapat manfaat berupa pahala yang terus mengalir. Hal ini berlaku untuk seluruh jenis tanaman yang apabila ditanam, maka akan memberikan banyak manfaat bagi manusia. Disebutkan pohon kurma secara khusus di sini karena adanya keutamaan dan keistimewaan tersendiri pada pohon kurma.

Membangun Masjid

Orang yang Allah Ta’ala izinkan namanya untuk ditinggikan dan disebutkan secara khusus adalah orang yang membangun masjid. Apabila masjid sudah dibangun, dan salat didirikan di dalamnya, Al-Qur’an dibacakan di dalamnya, dibacakan dzikrullah di dalamnya, ilmu tersebar di dalamnya, kaum muslimin berkumpul di dalamnya untuk kepentingan besar lainnya, maka bagi orang yang membangunnya akan mendapat seluruh pahala tersebut.

Dari Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu, dia berkata bahwa aku mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda,

مَنْ بَنَى مَسْجِدًا يَبْتَغِي بِهِ وَجْهَ اللَّهِ بَنَى اللَّهُ لَهُ مِثْلَهُ فِي الْجَنَّةِ

Barang siapa membangun masjid dalam rangka mencari keridaan Allah, maka Allah akan membangun untuk dia yang semisal itu di surga.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Membagikan Mushaf Al-Qur’an

Yaitu dengan mencetak Al-Qur’an atau membelinya dan menghadiahkannya di masjid-masjid dan tempat-tempat majelis ilmu agar umat Islam dapat mengambil manfaat darinya. Bagi orang yang mewakafkan, maka akan diberi pahala yang banyak setiap kali ada yang membaca, mentadaburi (merenungkan), dan mengamalkan isi Al Qur’an tersebut.

Mendidik Anak yang Akan Memintakan Ampun Baginya setelah Ia Meninggal

Mendidik anak, mendisiplinkan mereka dengan baik, dan semangat membesarkan mereka dalam ketakwaan dan kebenaran, sehingga mereka menjadi anak-anak yang baik dan anak-anak yang salih. Kelak mereka pun akan berdoa untuk orang tua mereka dan memintakan rahmat dan ampunan.

Inilah di antara hal-hal yang akan tetap bermanfaat bagi orang yang telah mati di kuburnya, bahkan pahala pun akan terus mengalir untuknya.

Referensi: ( سبع يجري للعبد أجرهن وهو في قبره بعد موته ) karya Syekh ‘Abdurrozzaq al Badr, yang dapat di : 

سبع يجري للعبد أجرهن وهو في قبره بعد موته ...

إنَّ من عظيم نعمة الله على عباده المؤمنين أن هيَّأ لهم أبواباً من البر والخير والإحسان عديدة يقوم بها العبد الموفَّق في هذه الحياة ويجري ثوابها عليه بعد الممات ، فأهل القبور في قبورهم مرتهنون ، وعن الأعمال منقطعون ، وعلى ما قدَّموا في حياتهم محاسبون ومجزيون ، بينما هذا الموفَّق في قبره الحسنات عليه متوالية ، والأجور والأفضال عليه متتالية ، ينتقل من دار العمل ولا ينقطع عنه الثواب ، تزداد درجاته وتتنامى حسناته وتتضاعف أجوره وهو في قبره ؛ فما أكرمها من حال ، وما أجمله وأطيبه من مآل .

وقد ذكر النبي صلى الله عليه وسلم أموراً سبعةً يجري ثوابها على الإنسان في قبره بعدما يموت ؛ فعن أنس رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ((سبعٌ يجري للعبد أجرهن وهو في قبره بعد موته : من علَّم عِلْماً ، أو أجرى نهراً ، أو حَفَر بئراً ، أو غرس نخلاً أو بنى مسجداً ، أو ورَّث مصحفاً ، أو ترك ولداً يستغفر له بعد موته )) [1] .

وتأمل أخي المسلم مليًّا هذه الأعمال واحرص على أن يكون لها منها حظٌّ ونصيب مادمت في دار الإمهال ، وبادر إليها أشد المبادرة قبل أن تنقضي الأعمار وتتصرَّم الآجال ، وإليك بعض البيان والإيضاح لهذه الأعمال :

أولاً : تعليم العلم ، والمراد بالعلم هنا : العلم النافع الذي يبصِّر الناس بدينهم ويعرِّفهم بربهم ومعبودهم ويهديهم إلى صراطه المستقيم ، العلم الذي به يُعرف الهدى من الضلال والحق من الباطل والحلال من الحرام ، وهنا يتبين عظم فضل العلماء الناصحين والدعاة المخلصين ؛ الذين هم في الحقيقة سراج العباد ومنار البلاد وقِوام الأمة وينابيع الحكمة ، حياتهم غنيمة وموتهم مصيبة ؛ فهم يعلِّمون الجاهل ويذكِّرون الغافل ويرشدون الضال ، لا يتوقع لهم بائقة ولا يخاف منهم غائلة ، وعندما يموت الواحد منهم تبقى علومه بين الناس موروثة ومؤلفاته وأقواله بينهم متداولة ، منها يفيدون وعنها يأخذون وهو في قبره تتوالى عليه الأجور ويتتابع عليه الثواب ، وقديماً كانوا يقولون "يموت العالم ويبقى كتابه " بينما الآن صوت العالم يبقى مسجَّلاً في الأشرطة المشتملة على دروسه العلمية ومحاضراته النافعة وخطبه القيِّمة ؛ فينتفع بها أجيال لم يعاصروه ولم يُكتب لهم لقيُّه ، ومن يساهم في طباعة الكتب النافعة ونشر المؤلفات المفيدة وتوزيع الأشرطة العلمية والدعوية فله حظٌّ وافر من ذلك الأجر إن شاء الله.

 ثانياً : إجراء النهر ؛ والمراد : شق جداول الماء من العيون والأنهار لكي تصل المياه إلى أماكن الناس ومزارعهم ؛ فيرتوي الناس ، وتُسقى الزروع ، وتشرب الماشية ، وكم في مثل هذا العمل الجليل والتصرف النبيل من الإحسان للناس والتنفيس عنهم بتيسير حصول الماء الذي به تكون الحياة بل هو أهم مقوِّماتها ، ويلتحق بهذا مدُّ الماء عبر الأنابيب إلى أماكن الناس ، وكذلك وضع برادات الماء في طرقهم ومواطن حاجاتهم .

ثالثاً : حفر الآبار ؛ وهو نظير ما سبق ، وقد جاء في السنة عن أبي هريرة رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال : ((بَيْنَا رَجُلٌ بِطَرِيقٍ اشْتَدَّ عَلَيْهِ الْعَطَشُ فَوَجَدَ بِئْرًا فَنَزَلَ فِيهَا فَشَرِبَ ثُمَّ خَرَجَ فَإِذَا كَلْبٌ يَلْهَثُ يَأْكُلُ الثَّرَى مِنْ الْعَطَشِ ، فَقَالَ الرَّجُلُ : لَقَدْ بَلَغَ هَذَا الْكَلْبَ مِنْ الْعَطَشِ مِثْلُ الَّذِي كَانَ بَلَغَ مِنِّي ، فَنَزَلَ الْبِئْرَ فَمَلَا خُفَّهُ مَاءً فَسَقَى الْكَلْبَ فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ ، قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّه وَإِنَّ لَنَا فِي الْبَهَائِمِ لَأَجْرًا ؟ فَقَالَ فِي كُلِّ ذَاتِ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أَجْرٌ )) [2] . فكيف إذاً بمن حفر البئر وتسبَّب في وجودها حتى ارتوى منها خلقٌ وانتفع بها كثيرون .

رابعاً : غرسُ النخل ؛ ومن المعلوم أن النخل سيد الأشجار وأفضلها وأنفعها وأكثرها عائدةً على الناس ، فمن غرس نخلاً وسبَّل ثمره للمسلمين فإن أجره يستمر كلَّما طعِم من ثمره طاعم ، وكلما انتفع بنخله منتفع من إنسان أو حيوان ، وهكذا الشأن في غرس كل ما ينفع الناس من الأشجار ، وإنما خُصَّ النخل هنا بالذكر لفضله وتميزه .

خامساً : بناء المساجد التي هي أحب البقاع إلى الله والتي أذِن الله جل وعلا أن تُرفع ويُذكَر فيها اسمه ، وإذا بُني المسجد أقيمت فيه الصلاة وتُلي فيه القرآن وذُكر فيه الله ونشر فيه العلم واجتمع فيه المسلمون إلى غير ذلك من المصالح العظيمة ، ولِبانيه أجرٌ في ذلك كله ؛ عن عثمان ابن عفان رضي الله عنه قال سمعتُ النبي صلى الله عليه وسلم يقول : ((مَنْ بَنَى مَسْجِدًا يَبْتَغِي بِهِ وَجْهَ اللَّهِ بَنَى اللَّهُ لَهُ مِثْلَهُ فِي الْجَنَّةِ )) [3].

سادساً : توريث المصحف ؛ وذلك يكون بطباعة المصاحف أو شرائها ووقفها في المساجد ودور العلم حتى يستفيد منها المسلمون ، ولواقفها أجرٌ عظيم كلما تلا في ذلك المصحف تالٍ ، وكلما تدبر فيه متدبر ، وكلما عمل بما فيه عامل .

سابعاً : تربية الأبناء وحسن تأديبهم والحرص على تنشئتهم على التقوى والصلاح حتى يكونوا أبناءً بررة وأولاداً صالحين ؛ فيدعون لأبويهم بالخير ويسألون الله لهم الرحمة والمغفرة ؛ فإنَّ هذا مما ينتفع به الميت في قبره.

وقد ورد في الباب في معنى الحديث المتقدم ما جاء عن أبي هريرة قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ((إِنَّ مِمَّا يَلْحَقُ الْمُؤْمِنَ مِنْ عَمَلِهِ وَحَسَنَاتِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ : عِلْمًا عَلَّمَهُ وَنَشَرَهُ ، وَوَلَدًا صَالِحًا تَرَكَهُ ، وَمُصْحَفًا وَرَّثَهُ ، أَوْ مَسْجِدًا بَنَاهُ ، أَوْ بَيْتًا لِابْنِ السَّبِيلِ بَنَاهُ ، أَوْ نَهْرًا أَجْرَاهُ ، أَوْ صَدَقَةً أَخْرَجَهَا مِنْ مَالِهِ فِي صِحَّتِهِ وَحَيَاتِهِ يَلْحَقُهُ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهِ )) [4] .

وعن أبي أمامة الباهلي رضي الله عنه عن رسول الله صلى الله عليه وسلم أنه قال : ((أَرْبَعَةٌ تَجْرِي عَلَيْهِمْ أُجُورُهُمْ بَعْدَ الْمَوْتِ : مَنْ مَاتَ مُرَابِطًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ ، وَمَنْ عَلَّمَ عِلْمًا أُجْرِيَ لَهُ أَجْرُهُ مَا عُمِلَ بِهِ ، وَمَنْ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَجْرُهَا يَجْرِي لَهُ مَا جَرَتْ، وَرَجُلٌ تَرَكَ وَلَدًا صَالِحًا فَهُوَ يَدْعُو لَهُ )) [5] .

وعن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : ((إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ : إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ )) [6] .

وقد فسَّر جماعة من أهل العلم الصدقة الجارية بأنها الأوقاف ؛ وهي أن يحبَّس الأصل وتسبَّل منفعته . وجُلُّ الخصال المتقدِّمة داخلة في الصدقة الجارية .

وقوله في الحديث (( أو بيتاً لابن السبيل بناه )) فيه فضل بناء الدور ووقفها لينتفع بها المسلمون سواءً ابن السبيل أو طلاب العلم أو الأيتام أو الأرامل أو الفقراء والمساكين ، وكم في هذا من الخير والإحسان .

وقد تحصَّل بما تقدم جملة من الأعمال المباركة إذا قام بها العبد في حياته جرى له ثوابها بعد الممات ، وقد نظمها السيوطي رحمه الله في أبيات فقال :

إذا مَاتَ ابنُ آدم لَيْسَ يجرِي
        عَليه مِن فِعَــــالٍ غيرُ عَشْرِ
علوم بثَّها ، ودعــاءُ نَجْلٍ
        وغَرْسُ النَّخلِ ، والصدقاتُ تجري
وَوِراثةُ مُصحفٍ ، ورِباطُ ثَغْرٍ
        وحَفْرُ البئرِ ، أو إجراءُ نَهـــرِ
وبيتٌ للغريبِ بَنــاهُ يأوي
        إليه ، أو بِناءُ مَــــحلِّ ذِكْرِ

وقوله (( ورباط ثغر )) شاهده حديث أبي أمامة المتقدم ، وحديث سلمان الفارسي رضي الله عنه قال : سمعت رسول الله صلى اله عليه وسلم يقول : ((رِبَاطُ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ خَيْرٌ مِنْ صِيَامِ شَهْرٍ وَقِيَامِهِ ، وَإِنْ مَاتَ جَرَى عَلَيْهِ عَمَلُهُ الَّذِي كَانَ يَعْمَلُهُ وَأُجْرِيَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ وَأَمِنَ الْفَتَّانَ )) [7] أي ينمو له عمله إلى يوم القيامة ويأمن من فتنة القبر .

ونسأل الله جل وعلا أن يوفقنا لكل خير ، وأن يعيننا على القيام بأبواب الإحسان ، وأن يهدينا سواء السبيل .

********


----------------------

[1] رواه البزار (كشف الأستار ) (149) وحسنه الألباني رحمه الله في (صحيح الجامع) (3602) .
[2] رواه البخاري (2466) ، ومسلم (2244).
[3] رواه البخاري (450) ، ومسلم (533) .
[4] رواه ابن ماجه (242) وحسنه الألباني رحمه الله في (صحيح سنن ابن ماجه) (198) .
[5] رواه أحمد (5/ 260 - 261) والطبراني (7831) وحسنه الألباني رحمه الله في (صحيح الجامع) (877) .
[6] رواه مسلم (1631) .
[7] رواه مسلم (1913) .

-------------

Banyak orang salah mengartikan makna hadits berikut ini, dengan adanya salah penafsiran tersebut mereka mudah meng haramkan atau mensesatkan amalan-amalan orang hidup yang ditujukan pahalanya untuk orang yang mati.


Hadits riwayat Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, Nasa’i dan Ahmad:

عَنْ أبِى هُرَيْرَة (ر) أنَّ رَسُول الله .صَ. قَالَ: إذَا مَاتَ الإنسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ: 

صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ اَو عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ, اَووَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُولَهُ (رواه ابو داود) 


“Apabila seorang manusia meninggal maka putuslah amalnya, kecuali tiga hal: Sedekah jariyah atau ilmu yang bermanfaat sesudahnya atau anak yang shalih yang mendo’akannya”.

Golongan pengingkar berkata: Kata-kata ingata’a amaluhu (putus amalnya) pada hadits tersebut menunjukkan bahwa amalan-amalan apapun kecuali yang tiga itu tidak akan sampai pahalanya kepada mayyit !

Pikiran seperti itu adalah tidak tepat, karena sebenarnya yang dimaksud hadits tersebut sangat jelas bahwa tiap mayit telah selesai dan putus amal- nya, karena ia tidak diwajibkan lagi untuk beramal. Tetapi ini bukan berarti putus pengambilan manfaat dari amalan orang yang masih hidup untuk si mayit itu. Juga tidak ada keterangan dalam hadits tersebut bahwa si mayyit tidak dapat menerima syafa’at, hadiah bantuan do’a dan sebagainya dari orang lain selain dari anaknya yang sholeh. Tidak juga berarti bahwa si mayit tidak bisa berdo’a untuk orang yang masih hidup. Malah ada hadits Rasul- Allah saw. bahwa para Nabi dan Rasul masih bersembah sujud kepada Allah swt. didalam kuburnya.

Dalam syarah Thahawiyah halaman 456 disebutkan: bahwa dalam hadits tersebut tidak dikatakan ingata’a intifa’uhu (terputus keadaannya untuk memperoleh manfaat) hanya disebutkan ingata’a amaluhu (terputus amal- nya). Adapun amalan orang lain maka itu adalah milik orang yang mengamal kannya, jika dia menghadiahkannya kepada si mayit, maka akan sampailah pahala orang yang mengamalkan itu kepadanya. Jadi yang sampai itu adalah pahala orang yang mengamalkan bukan pahala amal si mayit itu.

Banyak hadits Nabi saw. yang berarti bahwa amalan-amalan orang yang hidup bermanfaat bagi si mayit diantaranya ialah do’a kaum muslimin untuk si mayit pada sholat jenazah dan sebagainya (baca keterangan sebelumnya) yang mana do’a ini akan diterima oleh Allah swt., pelunasan hutang setelah wafat, pahala haji, pahala puasa dan sebagainya (baca haditsnya dihalaman selanjutnya) serta do’a kaum muslimin untuk sesama muslimin baik yang masih hidup maupun yang sudah wafat sebagaimana yang tercantum pada ayat Ilahi Al-Hasyr.10 .

Begitu juga pendapat sebagian golongan yang mengikat hanya do’a dari anak sholeh saja yang bisa diterima oleh Allah swt. adalah pikiran yang tidak tepat baik secara naqli (nash) maupun aqli (akal) karena hal tersebut akan bertentangan juga dengan ayat ilahi dan hadits-hadits Nabi saw. mengenai amalan-amalan serta do’a seseorang yang bermanfaat bagi si mayit maupun bagi yang masih hidup.

Mengapa dalam hadits ini dicontohkan do’a anak yang sholeh karena dialah yang bakal selalu ingat pada orang tuanya dimana orang-orang lain telah melupakan ayahnya. Sedangkan anak yang tidak pernah atau tidak mau mendo’akan orang tuanya yang telah wafat itu berarti tidak termasuk sebagai anak yang sholeh.

Dari anak sholeh ini si mayit sudah pasti serta selalu (kontinu) menerima syafa’at darinya. Begitulah yang dimaksud makna dari hadits ini, dengan demikian hadits ini tidak akan berlawanan/berbenturan maknanya dengan hadits-hadits lain yang menerangkan akan sampainya pahala amalan orang yang masih hidup (penebusan hutang, puasa, haji, sholat dan lain-lain) yang ditujukan kepada simayit. Begitu juga mengenai amal jariahnya dan ilmu yang bermanfaat selama dua hal ini masih diamalkan oleh manusia yang masih hidup, maka si mayit selalu (kontinu) menerima juga syafa’at darinya.

Kalau kita tetap memakai penafsiran golongan pengingkar yang hanya mem- batasi do'a dari anak sholeh yang bisa sampai kepada mayyit, bagaimana halnya dengan orang yang tidak mempunyai anak? Apakah orang yang tidak punya anak ini tidak bisa mendapat syafa'at/manfaat do'a dari amalan orang yang masih hidup? Bagaimana do’a kaum muslimin pada waktu sholat jenazah, apakah tidak akan sampai kepada si mayyit? Sekali lagi penafsiran dan pembatasan hanya do'a anak sholeh yang bermanfa’at bagi si mayyit adalah tafsiran yang salah, karena bertentangan dengan hadits-hadits shohih mengenai amalan-amalan orang hidup yang bermanfaat buat si mayyit.

Dalam Al-Majmu’ jilid 15/522 Imam Nawawi telah menghikayatkan ijma’ ulama bahwa ‘sedekah itu dapat terjadi untuk mayyit dan sampai pahalanya dan beliau tidak mengaitkan bahwa sedekah itu harus dari seorang anak ’. 

Hal yang serupa ini juga diungkapkan oleh Syaikh Bakri Syatha Dimyati dalam kitab I’anatut Thalibin jilid 3/218: ‘ Dan sedekah untuk mayyit dapat memberi manfaat kepadanya baik sedekah itu dari ahli warisnya ataupun dari yang selainnya’

Juga hadits-hadits Nabi saw. mengenai hadiah pahala Qurban diantaranya yang diriyayatkan oleh Muslim dari Anas bin Malik ra:

عَنْ أنَسِ (ر) عَنْ عَلِىّ (كَرَّمَهُ اللهُ وَجْهَه) اَنَّهُ كَانَ يُضَحِّى بِكَبْشَيْنِ اَحَدُهُمَا عَنِ النَّبِى.صَ.

وَالآخَرُ عَنْ نََفْسِهِ فَقِيْلَ لَهُ فَقَالَ اَمَرَنِي ِبهِ يَعْنِى النَّبِى اَدَعُهُ اَبَدًا. 


“Dari Anas bahwasanya Ali kw. berkorban dengan dua ekor kambing kibas. Yang satu (pahalanya) untuk Nabi Muhammad saw.dan yang kedua (pahalanya) untuk beliau sendiri. Maka ditanyakanlah hal itu kepadanya (Ali kw.) dan beliau menjawab : ‘Nabi saw.memerintahkan saya untuk melakukan hal demikian maka saya selalu memperbuat dan tidak meninggalkannya‘ ”. (HR Turmudzi).

Aisyah ra mengatakan bahwasanya Rasulallah saw. menyuruh didatangkan seekor kibas untuk dikorbankan. Setelah didatangkan beliau saw. berdo’a :


بِسْمِ اللهِ اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنْ مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ وَمِنْ اُمَّةِ مُحَمَّدٍ ثُمَّ ضَحَّى بِهِ 


“Dengan nama Allah ! Ya, Allah terimalah (pahala korban ini) dari Muhamad, keluarga Muhamad dan dari ummat Muhammad ! Kemudian Nabi menyembelihnya”. (HR. Muslim)

Begitu juga hadits yang senada diatas dari Jabir ra yang diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud dan Turmudzi yang menerangkan bahwa ia pernah shalat 'Iedul Adha bersama Rasulallah saw., setelah selesai shalat beliau di- berikan seekor domba lalu beliau menyembelihnya seraya mengucapkan: 

“Dengan nama Allah, Allah Maha Besar, Ya Allah, kurban ini untukku dan untuk umatku yang belum melakukan qurban”.

Tiga hadits diatas ini menunjukkan hadiah pahala korban dari Sayyidina Ali kw untuk dirinya dan untuk Nabi saw., begitu juga pahala korban dari Nabi saw. untuk diri beliau saw., para keluarganya dan bahkan untuk segenap ummatnya. Hadits-hadits ini malah membolehkan hadiah pahala amalan yang ditujukan kepada orang yang masih hidup yang belum sempat ber- qurban, padahal orang yang hidup itu masih bisa beramal sendiri didunia ini. 

Imam Nawawi dalam syarah Muslim jilid 8/187 mengomentari hadits diatas ini dengan katanya: ‘Diperoleh dalil dari hadits ini bahwa seseorang boleh berkorban untuk dirinya dan untuk segenap keluarganya serta menyatukan mereka bersama dirinya dalam hal pahala. Inilah madzhab kita dan madzhab jumhur’.

Juga pengarang kitab Bariqatul Muhammadiyah mengkomentari hadits diatas tersebut dengan katanya; “Do’a Nabi saw. itu menunjukkan bahwa Nabi menghadiahkan pahala korbannya kepada ummatnya dan ini merupa- kan pengajaran dari beliau bahwa seseorang itu bisa memperoleh manfaat dari amalan orang lain. Dan mengikuti petunjuk beliau saw. tersebut berarti berpegang dengan tali yang teguh”.

Juga sepakat kaum muslimin bahwa membayarkan hutang dapat menggugur kan tanggungan mayyit walaupun pembayaran tersebut dilakukan oleh orang yang lain yang bukan dari keluarga mayyit. Hal yang demikian ini ditunjukkan oleh Abi Qatadah dimana beliau menanggung hutang seorang mayyit sebesar dua dinar. Tatkala beliau telah membayarkan yang dua dinar itu Nabi saw. bersabda: ‘Sekarang bisalah dingin kulitnya’. (HR. Imam Ahmad).

Begitupun juga tidak ada dalil jelas yang mengatakan pembacaan Al-Qur’an tidak akan sampai pada si mayit. Jadi dengan banyaknya hadits dari Nabi saw. mengenai sampainya pahala amalan atau manfaat do’a untuk si mayit bisa dipakai sebagai dalil sampainya juga pahala pembacaan Al-Qur’an pada si mayit. Sayang sekali kalau hal ini kita remehkan dan tinggalkan, karena Rahmat dan Karunia Ilahi tidak ada batasnya.

-------------

Dengan demikian biaya sangat kami perlukan untuk berlangsungnya pembangunan.
untuk itu kami mengajak kepada Segenap Kaum Muslimin untuk menyisihkan sedikit hartanya dalam Proses Pembangunan Ponpes yang akan di gunakan untuk sarana Menuntut Ilmu Calon Para Santri2 yang kelak akan menjadi Da'i-da'i Rabbani. Aamiin....

-------

email-white sharing button
sms-white sharing button
facebook-white sharing button
twitter-white sharing button
telegram-white sharing button
whatsapp-white sharing button
telegram sharing button




Rabu, 30 Maret 2022

CINTA TUHAN KEPADAMU



1. Ketika kamu patah hati dan tak punya kekasih lagi.



Mohon Tuhan untuk menyembuhkanmu dan memperbaiki dirimu lagi, mohon Tuhan untuk mengembalikan kekuatan padamu agar bisa move on, kebijaksanaan untuk mengerti, keberanian untuk memaafkan dan memulai lagi.

Karena satu-satunya yang bisa mengertimu hanyalah Tuhan, dan yang bisa memberikan jawaban hanya Tuhan.

2. Ketika kamu bingung dengan tujuan hidupmu.



Mohon Tuhan agar mendampingimu, menunjukkan jalan yang tepat bagimu, mohon Tuhan untuk menuntunmu karena hanya Tuhan yang mampu. Karena hanya Tuhan yang benar-benar tahu kemana kamu harus pergi dan hanya Tuhan yang memiliki kekuatan untuk membuatmu tetap berjalan.


3. Ketika kamu merasa bahwa kamu tak cukup baik dan berharga.



Tanya pada Tuhan kenapa kamu masih di sini, tanya pada Tuhan apakah kamu pantas untuk diperjuangkan, mohon Tuhan untuk memberikanmu kesetiaan dan kepercayaan. Mohon pada Tuhan agar Tuhan segera menunjukkan letak dalam dirimu yang salah dan perlu diperbaiki.

4. Ketika kamu merasa kesepian dan tak memiliki siapa-siapa, kamu masih punya Dia.



Bicaralah pada Tuhan, ceritakan semua masalahmu, menangislah pada Tuhan, mohon Tuhan untuk tetap di sisimu, bicaralah pada Tuhan bahwa kamu membutuhkanNya untuk tetap membuatmu tertidur dengan tenang. Bicaralah pada Tuhan meskipun kamu tak dalam keadaan berdoa, karena kamu tahu Tuhan akan selalu mendengarkanmu dan melihat setiap air matamu.

5. Ketika kamu takut dan berpikir bahwa masa depan begitu menyeramkan.



Mohon Tuhan untuk memberimu keberanian dan menyingkirkan ketakutan yang kamu rasa. Berkatalah pada Tuhan bahwa kamu takut, namun kamu juga bersedia untuk mengambil segala risiko yang ada dan menghadapi konsekuensi yang ada. Mohon pada Tuhan untuk membuatmu berani karena kamu tahu Tuhan akan selalu menemani langkahmu.



6. Ketika kamu lelah dengan semua kegagalan yang kamu terima.


Mohon Tuhan untuk memberikanmu kedamaian hati, mohon Tuhan untuk memberikan keyakinan bahwa semua hal terjadi pasti ada alasannya, bahwa Tuhan sedang mempersiapkan hal yang lebih besar dan baik untukmu sehingga saat ini kamu merasa terluka. Mohon Tuhan untuk kesabaran yang tak terbatas.

7. Ketika kamu tak yakin bahwa Tuhan mendengarkanmu.


Mohon Tuhan untuk mengingatmu, mohon Tuhan untuk memberikan tanda bahwa Tuhan mendengarkan agar kamu percaya bahwa Tuhan selalu ada untukmu.

8. Ketika kamu putus asa dan sudah ingin menyerah saja.


Mohon Tuhan untuk memberimu harapan, mohon Tuhan untuk memberi cahaya dan kekuatan agar kamu mampu bertarung hingga batas penghabisan.

9. Ketika kamu kehilangan seseorang yang sangat berharga dan kamu cinta.

Wajar jika kamu pernah marah pada Tuhan ketika kamu kehilangan seseorang. Kamu bertanya-tanya kenapa Tuhan mengambil seseorang yang berharga bagi kita. Maka berdoalah pada Tuhan dan percaya bahwa Tuhan akan menggantikannya dengan seseorang yang lebih baik, yang tak pernah kamu bayangkan sebelumnya.

10. Ketika orang-orang menertawakan mimpimu.


Berkatalah pada Tuhan bahwa mimpi ini adalah tujuanmu, ini adalah hasratmu, dan ini adalah mimpi yang membuatmu tetap hidup. Mohon Tuhan untuk membuat segala perjalanan lebih berarti dan mudah, mohon Tuhan untuk menutup telingamu dari mereka yang menertawakanmu, karena Tuhan ingin kamu mewujudkan mimpi dan keinginanmu.

Kadang Tuhan memberikan kita waktu-waktu terburuk sehingga kita bisa kembali padaNya dan lebih dekat denganNya, kadang Tuhan hanya ingin mengingatkan kita bahwa kehidupan di dunia hanya sementara namun Tuhan akan selalu abadi, itulah sebab kenapa kita harus selalu kembali padaNya.

Minggu, 27 Maret 2022

"HATI - HATI DENGAN PENYAKIT HATI"


PENGADU DOMBA ITU BERNAMA HOAKS
Pengadu domba itu Bernama Hoaks
Khutbah Jumat adalah saat penting mengingatkan umat Islam tentang perlunya menjaga lisan, tangan, dan anggota badan lainnya dari maksiat kepada Allah, termasuk dengan menyebarkan hoaks yang mengarah ke dosa adu domba.


Naskah khutbah Jumat kali ini mengusung judul “Pengadu domba itu Bernama Hoaks”. Penyimak khutbah diharapkan memahami bahwa berita bohong atau hoaks bisa membuat pelakunya jatuh pada besar, bahkan kekufuran.


Untuk mencetak teks khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah naskah ini pada tampilan desktop. Berikut contoh teks khutbah Jumat tentang bahaya hoaks dan adu domba itu. Semoga naskah khutbah Jumat ini bermanfaat! (Redaksi)

Khutbah I
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي خَلَقَ الإِنْسَانَ فَسَوَّاهُ فَعَدَلَهُ، فِي أَيِّ صُوْرَةٍ مَا شَاءَ رَكَّبَهُ، وَأَنْعَمَ عَلَيْهِ بِنِعَمٍ سَابِغَاتٍ وَلَوْ شَاءَ مَنَعَهُ، وَشَقَّ لَهُ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ وَجَعَلَ لَهُ لِسَانًا فَأَنْطَقَهُ، وَخَلَقَ لَهُ عَقْلًا وَكَلَّفَهُ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَاهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ.

أَمَّا بَعْدُ، فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ العَلِيِّ العَظِيْمِ. قَالَ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى فِي كِتَابِهِ الكَرِيْمِ: مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ (ق: ١٨)


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Dari atas mimbar khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi, untuk senantiasa berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan cara melaksanakan semua kewajiban dan menjauhkan diri dari seluruh yang diharamkan.


Kaum Muslimin rahimakumullah,

Sungguh, nikmat-nikmat Allah kepada kita sangatlah banyak. Kita tidak dapat menghitungnya satu persatu. Allah ta’ala adalah pemilik kita dan pemilik semua nikmat yang Ia anugerahkan kepada kita. Allah ta’ala memerintahkan kepada kita agar mensyukuri nikmat-nikmat-Nya. Bagaimana cara mensyukurinya? Yaitu dengan cara tidak menggunakan nikmat-nikmat itu dalam hal yang tidak diizinkan oleh Allah. Atau dengan kata lain, tidak menggunakan nikmat Allah dalam berbuat dosa dan maksiat kepada-Nya.


Harta adalah nikmat dari Allah ta’ala. Janganlah kita gunakan untuk melakukan perbuatan yang tidak diizinkan oleh-Nya. Badan adalah nikmat dari Allah. Maka janganlah digunakan untuk bermaksiat kepada-Nya. Tangan adalah nikmat dari Allah. Maka jangan digunakan dalam perkara yang tidak diridhai oleh Allah. Kaki adalah nikmat dari Allah. Maka janganlah kita menggunakan kaki untuk melakukan perkara yang dibenci oleh Allah. Mata adalah nikmat dari Allah. Maka janganlah digunakan untuk melihat sesuatu yang dilarang oleh Allah. Telinga adalah nikmat dari Allah. Maka janganlah digunakan untuk mendengar sesuatu yang diharamkan oleh Allah. Lidah adalah nikmat dari Allah. Maka janganlah digunakan untuk mengucapkan perkataan yang Allah haramkan.


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Lidah adalah salah satu nikmat yang sangat agung. Dengan memberikan nikmat lidah, Allah telah memuliakan manusia dan memberikan anugerah yang besar kepadanya. Dalam Al-Qur’an, Allah menyebutkan nikmat lidah saat menyebutkan beberapa nikmat kepada para hamba-Nya. Allah ta’ala berfirman:

أَلَمْ نَجْعَلْ لَهُ عَيْنَيْنِ (٨) وَلِسَانًا وَشَفَتَيْنِ (٩) (البلد: ٨-٩)


Maknanya: “Bukankah Kami telah memberikan kepada manusia dua buah mata, lidah dan dua bibir?” (QS al-Balad: 8-9).


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Salah satu bentuk syukur atas nikmat lidah adalah menjauhkan lidah kita dari menyampaikan dan menyebarkan berita bohong atau lebih sering disebut dengan istilah hoaks.


Di era medsos seperti saat ini, kita tidak hanya dituntut untuk menjaga lidah. Namun kita juga dituntut agar menjaga jempol dan jari-jari kita. Karena apa yang kita tulis dengan tangan sejatinya sama dengan apa yang kita ucapkan dengan lisan. Imam al-Ghazali dalam Ihya’ ‘Ulumiddin berujar:

إِنَّ الْقَلَمَ أَحَدُ اللِّسَانَيْنِ


“Sesungguhnya pena (tulisan) adalah salah satu dari dua lisan”


Tak jarang, demi ingin disebut sebagai pihak pertama yang menyampaikan berita, seseorang dengan mudahnya membagikan kabar tanpa melakukan cek dan ricek terlebih dahulu tentang kebenarannya. Berita itu dengan cepat menyebar dari satu grup WA ke grup WA lainnya, bahkan seringkali menyebar hingga ke berbagai media sosial.


Puluhan bahkan mungkin ribuan orang dengan cepat memperoleh berita tersebut. Jika yang disebar adalah berita yang benar, tentu tak jadi soal. Akan menjadi masalah ketika berita tersebut tidak benar dan bahkan cenderung ke arah fitnah dan mengadu domba. Akibatnya bisa sangat fatal.


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Informasi yang kita sampaikan, jika ia adalah hoaks maka tidak hanya menjatuhkan pelakunya pada dosa bohong. Akan tetapi juga dapat menjerumuskannya pada dosa-dosa yang lain. Di antaranya adalah dosa namimah (mengadu domba).


Para ulama mendefinisikan berbohong dengan makna “Menyampaikan perkataan yang berbeda dengan kenyataan padahal ia tahu bahwa perkataannya itu memang berbeda dengan kenyataan”. Berbohong hukumnya bisa dosa kecil, dosa besar bahkan bisa menjerumuskan kepada kekufuran. Jika sebuah kebohongan tidak mengandung bahaya yang mengenai seorang Muslim, maka ia termasuk dosa kecil. Namun demikian, dosa kecil tidak boleh diremehkan karena gedung pencakar langit pada hakikatnya adalah tumpukan dari batu-batu bata yang kecil. Imam Ahmad dan ath-Thabarani meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِيَّاكُمْ وَمُحَقَّرَاتِ الذُّنُوْبِ فَإِنَّمَا مَثَلُ مُحَقَّرَاتِ الذّنُوْبِ كَمَثَلِ قَوْمٍ نَزَلُوْا بَطْنَ وَادٍ فَجَاءَ ذَا بِعُوْدٍ وَجَاءَ ذَا بِعُوْدٍ حَتَّى حَمَلُوْا مَا أَنْضَجُوْا بِهِ خُبْزَهُمْ وَإِنَّ مُحَقَّرَاتِ الذُّنُوْبِ مَتَى يُؤْخَذْ بِهَا صَاحِبُهَا تُهْلِكْهُ (رَوَاهُ أَحْمَدُ وَالطَّبَرَانِيُّ)


Maknanya: “Jauhilah dosa-dosa yang remeh (dosa kecil), sungguh perumpamaan dosa-dosa yang remeh adalah seperti sekelompok orang yang turun dan singgah di sebuah lembah, lalu satu orang mengumpulkan kayu bakar, satu orang lagi datang dengan kayu bakar pula dan seterusnya hingga mereka mengumpulkan kayu bakar yang cukup untuk memasak roti mereka. Sungguh dosa-dosa remeh itu jika pelakunya dikenai siksa karenanya, maka dosa-dosa itu akan membinasakannya” (HR Ahmad dan ath-Thabarani) 


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Hadits yang mulia ini menjelaskan kepada kita bahwa dosa-dosa kecil jika terus-menerus dilakukan akan mengantarkan seseorang melakukan dosa-dosa besar. Betapa banyak dosa kecil yang diremehkan oleh pelakunya lalu ia pun terus melakukannya hingga menggiringnya kepada dosa besar, dan kadang menyeretnya pada kekufuran. Oleh karenanya, seorang ulama salaf mengatakan:

اَلْمَعَاصِيْ بَرِيْدُ الْكُفْرِ كَمَا أَنَّ الحُمَّى بَرِيْدُ الْمَوْتِ


“Perbuatan-perbuatan maksiat mengantarkan kepada kekufuran sebagaimana demam mengantarkan kepada kematian” (Diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman).


Sedangkan jika sebuah kebohongan mengandung bahaya yang mengenai seorang Muslim, maka hal ini termasuk dosa besar. Dan jika dalam kebohongan tersebut terdapat unsur menghalalkan perkara yang telah disepakati keharamannya oleh para ulama, dan kalangan awam serta terpelajar mengetahui keharamannya dan hal itu tidak samar baginya seperti keharaman zina, anal seks dan mencuri, atau mengharamkan perkara halal yang nyata-nyata halal, yakni kalangan awam dan terpelajar mengetahui kehalalannya, seperti jual beli dan nikah, maka kebohongan tersebut adalah kekufuran. Na’udzu billahi min dzalik. 


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Berbohong hukumnya adalah haram, baik dilakukan dengan tujuan bercanda ataupun sungguh-sungguh, baik dilakukan dengan niat membuat orang tertawa ataupun tidak. Baginda Nabi menegaskan:

 
وَيْلٌ لِلَّذِيْ يُحَدِّثُ الْقَوْمَ ثُمَّ يَكْذِبُ لِيُضْحِكَهُمْ وَيْلٌ لَهُ وَوَيْلٌ لَهُ (رَوَاهُ أَحْمَدُ فِي مُسْنَدِهِ) 


Maknanya: “Sungguh celaka orang yang berbicara kepada suatu kaum kemudian ia berbohong untuk membuat mereka tertawa, sungguh celaka ia, sungguh celaka ia” (HR Ahmad dalam Musnad-nya).


Kaum Muslimin rahimakumullah,

Sedangkan namimah (mengadu domba) adalah menyampaikan perkataan seseorang kepada orang lain dengan tujuan merusak hubungan antara keduanya. Namimah adalah salah satu dosa besar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَا يَدْخُلُ الجَنَّةَ قَتَّاتٌ (رَوَاهُ البُخَارِيُّ)


Maknanya: “Pelaku namimah tidak akan masuk surga (bersama orang-orang yang paling awal masuk surga)” (HR al-Bukhari).
Allah Ta’ala mengkhabarkan ciri orang-orang yang mendapatkan hidayah dan keberuntungan di dunia dan di akhirat, diantaranya adalah orang yang beriman tentang perkara ghaib. Allah Ta’ala berfirman :

الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ
وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ وَبِالْآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ
أُولَٰئِكَ عَلَىٰ هُدًى مِّن رَّبِّهِمْ ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“Orang-orang yang beriman kepada yang ghaib, menunaikan shalat dan menginfaqkan sebagian yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka pula beriman kepada apa yang diturunkan kepada mereka (Al Qur’an) dan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya, serta mereka yakin akan adanya kehidupan akhirat. Mereka itulah yang mendapat petunjuk dari Rabb mereka dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Al Baqarah: 3-5)

Dalil – Dalil Tentang Fitnah Kubur

Dalil-dalil yang menunjukan adanya fitnah kubur, diantaranya;
Dalam Al Qur’an firman Allah :

يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ ۖ

“Allah meneguhkan dengan al qauluts tsabit kepada orang-orang yang beriman dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.” (Ibrahim: 27)

Di dalam ayat di atas menetapkan akan adanya fitnah kubur. Karena Allah Ta’ala memberikan kemulian kepada orang-orang yang benar-benar beriman dengan diteguhkannya al qaulul tsabit. Yaitu keteguhan iman si mayit di alam kubur ketika ditanya oleh dua malaikat. Sebagaimana hadits dari shahabat Al Barra’ bin ‘Azib ? bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda:

“Jika seorang mu’min telah didudukkan di dalam kuburnya kemudian didatangi (dua malaikat dan bertanya kepadanya) maka dia akan (menjawab) dengan mengucapkan dua kalimat syahadat.

Itulah al qauluts tsabit sebagaimana yang tertera dalam firman Allah Ta’ala di atas.” (H.R. Al Bukhari no. 1379 dan Muslim no. 2871)
Ayat di atas juga sebagai dalil bahwa peristiwa fitnah kubur ini merupakan bagian dari hari akhir. Karena Allah Ta’ala menyebutkan peristiwa fitnah kubur ini dengan lafadz “wafil akhirah” yaitu di hari akhir.

Demikian pula dari As Sunnah, dari shahabat Al Barra’ bin ‘Azib yang diriwayatkan oleh Abu Dawud 2/281, Ahmad 4/287 dan selain keduanya, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam mengisahkan peristiwa fitnah kubur yang akan dialami oleh orang mu’min dan orang kafir. Keadaan orang mu’min ketika ditanya oleh dua malaikat, maka dia akan dikokohkan jawabannya oleh Allah ?. Siapakah Rabb-mu? Dia akan bisa menjawab: Rabb-ku adalah Allah. Apa agamamu? Dia akan bisa menjawab: Agamaku adalah Islam. Siapakah laki-laki ini yang diutus kepadamu? Dia pun bisa menjawab: Dia adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam (Demikianlah Allah Ta’ala pasti memenuhi janji-Nya sebagaimana dalam Q.S. Ibrahim: 27 di atas). Sebaliknya keadaan orang kafir ketika ditanya oleh dua malaikat, maka dia tidak akan bisa menjawab. Siapakah Rabb-mu? Dia akan menjawab: Hah, hah, saya tidak tahu. Apa agamamu? Dia akan menjawab: Hah, hah, saya tidak tahu. Lalu siapakah laki-laki ini yang diutus kepadamu? Dia pun akan menjawab: Hah, hah, saya tidak tahu.

Demikian pula hadits dari Ummul Mu’minin Aisyah, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda:

“Telah diwahyukan kepadaku sungguh akan ditimpakan fitnah kepada kalian di dalam kubur-kubur kalian seperti atau hampir mirip dengan fitnah Al Masih Ad Dajjal.” (H.R. Al Bukhari no. 87 dan Muslim no. 905)
Padahal fitnah Al Masih Ad Dajjal merupakan fitnah terbesar dari fitnah-fitnah yang terjadi sejak diciptakan Adam sampai hari kiamat nanti. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda:

“Tidak ada fitnah yang paling besar sejak diciptakan Adam sampai hari kiamat dibanding dengan fitnah Dajjal.” (Muslim no. 2946)
Sehingga fitnah kubur itu pun amat ngeri seperti atau hampir mirip dengan fitnah Dajjal, kecuali bagi orang-orang yang jujur keimanannya. Oleh karena itu bila si mayit telah dikuburkan maka dianjurkan bagi kita untuk mendo’akannya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda:

“Mohonkan ampunan untuk saudaramu, dan mohonkan untuknya keteguhan (iman), karena sesungguhnya dia sekarang sedang ditanya.” (Shahihul Jami’ no. 476)
Adapun nama dua malaikat tersebut adalah malaikat Munkar dan Nakir, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh At Tirmidzi no. 1071, Ibnu Hibban no. 780 dan selain keduanya dari shahabat Abu Hurairah ?. Hadits ini dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam Ash Shahihah no. 1391.

Dalil – Dalil Adzab Kubur Dan Nikmat Kubur


Setelah mengalami proses fitnah kubur, maka akan mengalami proses berikutnya, yaitu proses nikmat kubur dan adzab kubur. Bila dia selamat dalam fitnah kubur maka dia akan mendapatkan nikmat kubur dan sebaliknya bila ia tidak selamat dalam fitnah tersebut maka dia akan mendapatkan adzab kubur.
Para pembaca, proses ini pun merupakan perkara ghaib yang harus diyakini kebenarannya. Karena Allah Ta’ala dan Rasul-Nya telah mengkhabarkan peristiwa ini di dalam Al Qur’anul Karim dan As Sunnah An Nabawiyyah.

Di antara dalil dalam Al Qur’an yaitu firman Allah Ta’ala :

لَّهُ ۗ وَلَوْ تَرَىٰ إِذِ الظَّالِمُونَ فِي غَمَرَاتِ الْمَوْتِ وَالْمَلَائِكَةُ بَاسِطُو أَيْدِيهِمْ أَخْرِجُوا أَنفُسَكُمُ ۖ الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنتُمْ تَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ وَكُنتُمْ عَنْ آيَاتِهِ تَسْتَكْبِرُونَ

“…, Alangkahnya dahsyatnya sekiranya kamu melihat diwaktu orang zhalim (kafir) berada dalam tekanan-tekanan sakaratul maut sedang para malaikat memukul dengan tangan mereka, sambil berkata: ‘Keluarkanlah nyawamu.’ Pada hari ini (sekarang ini, sejak sakaratul maut) kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan. Karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah dengan perkataan yang tidak benar dan selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.” (Al An’am: 93)

Berkata Asy Syaikh Abdurrahman As Sa’di dalam kitab tafsirnya Taisirul Karimir Rahman: “Ayat ini sebagai dalil tentang adanya adzab di alam barzakh dan kenikmatan di dalamnya. Dan adzab yang diarahkan kepada mereka dalam konteks ayat ini terjadi sejak sakaratul maut, menjelang mati dan sesudah mati.”

Dalam Q.S. Ghafir ayat ke 46 Allah Ta’ala berfirman :

النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا ۖ وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ

“ (Salah satu bentuk azdab di alam barzakh nanti) Neraka akan ditampakkan di waktu pagi dan petang kepada Fir’aun dan para pengikutnya. Kemudian pada hari kiamat (dikatakan kepada malaikat): Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam adzab yang sangat keras.”

Berkata Al Imam Ibnu Katsir Asy Syafi’i: “Ayat di atas merupakan landasan utama yang dijadikan dalil bagi aqidah Ahlus Sunnah tentang adanya adzab di alam kubur.” (Lihat Al Mishbahul Munir)
Adapun dalil dari As Sunnah, diantaranya; hadits dari Al Barra’ bin ‘Azib ?, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda:

“Mohonlah perlindungan kepada Allah dari adzab kubur (diulangi sampai 2 atau 3 kali).” Kemudian Rasululah ? berdo’a:


“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon perlindungan kepada-Mu dari adzab kubur (sampai 3 kali).”
Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam menggambarkan keadaan orang mu’min dengan dibentangkan tikar dari al jannah, dikenakan pakaian dari al jannah dan dibukakan pintu baginya ke arah al jannah yang mendatangkan aroma harum, serta diperluas tempatnya di alam kubur seluas mata memandang. Sebaliknya keadaan orang kafir, maka dibentangkan baginya tikar dari neraka, dibukakan pintu yang mengarah ke neraka yang mendatangkan panas dan aroma busuk, serta disempitkan tempatnya di alam kubur sampai tulang belulangnya saling merangsek. (H.R. Abu Dawud 2/281 dan lainnya)


Dalam riwayat Al Imam Ahmad 6/81 Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda:
“Mohonlah perlindungan kepada Allah dari adzab kubur, karena sesungguhnya adzab kubur itu adalah benar adanya.”
Dalam hadits Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam pernah melewati dua kuburan. Kemudian beliau bersabda:

“Kedua penghuni ini sungguh sedang mendapat adzab. Dan tidaklah keduanya diadzab karena melakukan dosa besar. Adapun salah satunya karena berbuat namimah (adu domba) dan yang kedua karena tidak membersihkan air kecingnya.” (H.R. Muslim no. 292)
Demikian pula do’a yang ditekankan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassallam sebelum salam ketika shalat:

“Ya Allah, aku memohon perlindungan kepada-Mu dari adzab jahannam, dari adzab kubur, dan dari fitnah selama hidup dan sesudah mati, serta dari fitnah Al Masih Ad Dajjal.” (H.R. Muslim dan selainnya, lihat Al Irwa’ no. 350)

Apakah adzab kubur dan nikmat kubur itu terus menerus? 

Adapun adzab kubur bagi orang kafir adalah terus menerus sampai datangnya hari kiamat. Sedangkan bagi orang mu’min yang bermaksiat, bila Allah Ta’ala telah memutuskannya untuk mengadzabnya maka tergantung dengan dosa-dosanya. Mungkin dia diadzab terus menerus dan juga mungkin tidak terus menerus, mungkin lama dan mungkin juga tidak lama, tergantung dengan rahmat dan ampunan dari Allah . Mungkin pula orang mu’min yang bermaksiat tadi diputuskan tidak mendapat adzab sama sekali dengan rahmat dan maghfirah Allah. Semoga kita diselamatkan oleh Allah Ta’ala dalam fitnah kubur dan dari adzab kubur.

Para pembaca, semua peristiwa yang terjadi di alam kubur itu merupakan perkara ghaib yang tidak bisa dinilai kebenarannya dengan logika, analisa dan eksperimen. Bahkan semua peristiwa di alam kubur itu amatlah mudah bagi Allah. Karena Allah Ta’ala memilki nama Al Qadir Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Sehingga peristiwa di alam kubur harus dinilai dan ditimbang dengan nilai dan timbangan iman. Karena ini adalah perkara yang ghaib yang tidak bisa dijangkau oleh kemampuan akal dan logika manusia. Karena ini adalah perkara yang ghaib yang tidak bisa dijangkau oleh kemampuan akal dan logika manusia. Sehingga bila ada manusia yang mati tenggelam dilaut yang badannya hancur dimakan ikan laut, atau manusia yang mati terbakar sampai menjadi abu sangatlah mudah bagi Allah Ta’ala untuk mengembalikannya.

Marilah kita perhatikan firman Allah Ta’ala :

وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنكُمْ وَلَٰكِن لَّا تُبْصِرُونَ

“Dan kami (malaikat) lebih dekat kepadanya (nyawa) dari pada kalian. Tetapi kalian tidak bisa melihat kami.” (Al Waqi’ah: 85)

Ketika malaikat hendak mencabut nyawa seseorang, sesungguhnya malaikat tersebut ada disebelahnya tetapi ia tidak bisa dilihat oleh mata kepalanya. Demikianlah kekuasaan dan kagungan Allah Ta’ala yang tidak tidak bisa diukur dengan logika manusia.
Menyelisik Kehidupan di Alam Kubur

Para pembaca, semoga Allah Subhanallahu wa Ta’ala merahmati kita semua. Kehidupan yang dialami oleh seorang manusia di dunia ini bukanlah sebuah kehidupan yang terus-menerus tiada berujung dan tiada penghabisan. Ia adalah sebuah kehidupan yang terbatas, berujung dan akan ada pertanggungjawabannya. Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman :

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ

“Setiap jiwa yang bernyawa pasti akan merasakan kematian.” (Ali ‘Imran: 185)

Maha Benar Allah Subhanallahu wa Ta’ala dengan segala firman-Nya! Kita dengar dan saksikan kilas kehidupan yang silih berganti dari masa ke masa. Perjalanan hidup umat manusia merupakan bukti bahwa seorang manusia, setinggi apapun kedudukannya dan sebanyak apapun hartanya, akan mengalami kematian dan akan meninggalkan kehidupan yang fana ini menuju kehidupan setelah kematian. Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman tentang Rasul-Nya Shalallahu ‘alahi wa Sallam dan manusia yang lainnya dari generasi pertama sampai yang terakhir:

إِنَّكَ مَيِّتٌ وَإِنَّهُم مَّيِّتُونَ

“Sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) akan mati dan mereka juga akan mati.” (Az Zumar: 30)

Bukanlah berarti dengan kedudukan sebagai Rasulullah (utusan Allah) kemudian mendapatkan keistimewaan dengan hidup selamanya, akan tetapi sudah merupakan ketetapan dari Allah Subhanallahu wa Ta’ala atas seluruh makhluk-Nya yang bernyawa mereka akan menemui ajalnya.

Para pembaca, semoga Allah Subhanallahu wa Ta’ala merahmati kita semua. Pernahkah sejenak saja kita merenungkan bagaimana ketika maut sudah di hadapan kita? Ketika malaikat yang Allah Subhanallahu wa Ta’ala utus untuk mencabut nyawa sudah berada dihadapan kita. Tidak ada tempat bagi kita untuk menghindar walaupun ke dalam benteng berlapis baja, walaupun banyak penjaga yang siap melindungi kita. Sungguh tidak bisa dibayangkan kengerian dan dahsyatnya peristiwa yang bisa datang dengan tiba-tiba itu. Saat terakhir bertemu dengan orang-orang yang kita cintai, saat terakhir untuk beramal kebaikan, dan saat terakhir untuk melakukan berbagai kegiatan di dunia ini. Saat itu dan detik itu juga telah tegak kiamat kecil bagi seorang manusia yaitu dengan dicabut ruhnya dan meninggalkan dunia yang fana ini. Allahul Musta’an (hanya Allah Subhanallahu wa Ta’ala tempat meminta pertolongan).

Manusia yang beriman kepada Allah Subhanallahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya akan mendapatkan tanda-tanda kebahagiaan kelak di akhirat dengan akan diberi berbagai kemudahan ketika meninggal. Adapun orang-orang kafir yang ingkar, mendustakan Allah Subhanallahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya, maka ia akan mendapatkan tanda-tanda kejelekan ketika meninggal dunia dan bahkan akan ditimpakan adzab di alam kubur.

Alam Kubur

Setelah seorang hamba meregang nyawa dan terbujur kaku, maka ia akan diantarkan oleh sanak saudara dan teman-temannya menuju “tempat peristirahatan sementara” dan akan ditinggal sendirian di sebuah lubang yang gelap sendirian. Sebuah tempat penantian menuju hari dibangkitkan dan dikumpulkannya manusia di hari kiamat kelak, pembatas antara alam dunia dan akhirat, Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman :

وَمِن وَرَائِهِم بَرْزَخٌ إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ
“Dan dihadapan mereka ada dinding (alam kubur/barzakh) sampai mereka dibangkitkan.” (Al-Mukminun: 100)

Di antara peristiwa yang akan dialami oleh setiap manusia di alam kubur adalah:
1. Fitnah kubur

Pertanyaan dua malaikat kepada mayit tentang siapa Rabbmu (Tuhanmu)?, apa agamamu?, dan siapa Nabimu? Rasulullah Shalallahu ‘alahi wa Sallam bersabda:

“Apabila mayit telah dikuburkan -atau beliau bersabda: (apabila) salah seorang dari kalian (dikuburkan)- dua malaikat yang berwarna hitam kebiru-biruan akan mendatanginya salah satunya disebut Al-Munkar dan yang lainnya An-Nakir.” (At-Tirmidzi no. 1092)
Adapun seorang hamba yang mukmin, maka ia akan menjawab pertanyaan tersebut sebagaimana dalam potongan hadits Al-Barra’ bin ‘Azib radliyallahu ‘anhu yang panjang: “Maka dua malaikat mendatanginya (hamba yang mukmin) kemudian mendudukkannya dan bertanya: “Siapa Rabbmu (Tuhanmu)? Ia menjawab: “Allah Rabbku; kemudian kedua malaikat itu bertanya lagi: “Apa agamamu? Ia menjawab: “Islam agamaku; kemudian keduanya bertanya lagi: “Siapa laki-laki yang diutus kepada kalian ini? Ia menjawab: “Dia Rasulullah Shalallahu ‘alahi wa Sallam; Maka itu adalah firman Allah Subhanallahu wa Ta’ala :

يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ

“Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan perkataan yang kokoh..” (Ibrahim: 27)

Perkataan yang kokoh dalam ayat di atas adalah kalimat tauhid (Laa ilaaha illallaah) yang menghunjam dalam dada seorang mukmin. Allah Subhanallahu wa Ta’ala meneguhkan seorang mukmin dengan kalimat tersebut di dunia dengan segala konsekuensinya, walaupun diuji dengan berbagai halangan dan rintangan. Adapun di akhirat, Allah Subhanallahu wa Ta’ala akan meneguhkannya dengan kemudahan menjawab pertanyaan dua malaikat di alam kubur.

Sedangkan seorang kafir dan munafik, ketika ditanya oleh dua malaikat: “Siapa Rabbmu (Tuhanmu)? Ia menjawab: “Ha…Ha, saya tidak tahu; kemudian ia ditanya: “Apa agamamu? Ia menjawab: “Ha…Ha, saya tidak tahu, kemudian ia ditanya: “Siapa laki-laki yang telah diutus kepada kalian ini? Ia menjawab: “Ha…Ha, saya tidak tahu. Kemudian terdengar suara dari langit: “Dia telah berdusta! Bentangkan baginya alas dari neraka! Bukakan baginya pintu yang menuju neraka!; Kemudian panasnya neraka mendatanginya, dipersempit kuburnya hingga terjalin tulang-tulang rusuknya karena terhimpit kubur.”

Itulah akibat mendustakan Allah dan Rasul-Nya. Walaupun di dunia ia adalah orang yang paling fasih dan pintar bicara, namun jika ia tidak beriman, maka ia tidak akan dapat menjawab pertanyaan dua malaikat tersebut. Kemudian ia akan dipukul dengan pemukul besi sehingga ia menjerit dengan jeritan yang keras yang didengar oleh semua makhluk, kecuali jin dan manusia.

Para pembaca, semoga Allah Subhanallahu wa Ta’ala merahmati kita semua. Kejadian di atas mempunyai hikmah besar tentang keimanan kepada yang gaib, yang tidak kasat mata dan tidak dapat ditangkap oleh pancaindra kita. Apabila jin dan manusia bisa mendengar dan melihatnya, niscaya mereka akan beriman dengan sebenar-benar keimanan. Oleh karena itu, Allah Subhanallahu wa Ta’ala menjelaskan ciri-ciri orang yang bertakwa diantaranya adalah beriman dengan yang gaib. Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman :

الم
ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنفِقُونَ

“Alif Lam Mim, Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib…” (Al-Baqarah: 1-3)

2. Adzab dan nikmat kubur

Setelah mayit mengalami ujian dengan menjawab pertanyaan dua malaikat di alam kubur, jika berhasil, ia akan mendapatkan kenikmatan di alam kubur; dan jika tidak bisa, ia akan mendapatkan siksa kubur.

Bagi yang bisa menjawab pertanyaan kedua malaikat tersebut, ia akan mendapatkan kenikmatan di kuburnya. Rasulullah Shalallahu ‘alahi wa Sallam melanjutkan sabdanya: “Kemudian terdengar suara dari langit:
“Telah benar hamba-Ku! Maka bentangkan baginya kasur dari surga! Pakaikan padanya pakaian dari surga! Bukakan baginya pintu yang menuju surga!; Kemudian aroma wangi surga mendatanginya, diperluas kuburnya sampai sejauh mata memandang, dan seorang laki-laki yang bagus wajah dan bajunya serta wangi aroma tubuhnya mendatanginya dan berkata: “Bergembiralah dengan apa yang menyenangkanmu! Ini adalah hari yang telah dijanjikan bagimu. Maka ia berkata: “Siapa engkau? Wajahmu mendatangkan kebaikan. Laki-laki itu menjawab: “Saya adalah amalan sholihmu. Kemudian dibukakan pintu surga dan pintu neraka, dan dikatakan: “Ini adalah tempatmu jika engkau bermaksiat kepada Allah, Allah akan mengganti dengannya. Ketika melihat segala sesuatu yang ada di surga, ia berkata: “Wahai Rabb-ku, segerakan hari kiamat! Agar aku bisa kembali kepada keluarga dan hartaku.”

Adapun orang yang tidak bisa menjawab pertanyaan dua malaikat, maka ia akan mendapatkan siksa kubur, sebagaimana kelanjutan dari hadits di atas: “Kemudian terdengar suara dari langit: “Dia telah berdusta! Bentangkanlah baginya alas dari neraka! Bukakanlah baginya pintu menuju neraka!; Kemudian panasnya neraka mendatanginya, dipersempit kuburnya hingga terjalin tulang-tulang rusuknya karena terhimpit kuburnya. Kemudian seorang laki-laki yang buruk wajah dan bajunya, serta busuk aroma tubuhnya mendatanginya dan mengatakan: “Bersedihlah dengan segala sesuatu yang menyusahkanmu! Ini adalah hari yang telah dijanjikan bagimu. Maka ia berkata: “Siapa engkau? Wajahmu mendatangkan keburukan. Laki-laki itu menjawab: “Saya adalah amalan jelekmu, Allah membalasmu dengan kejelekan, kemudian Allah mendatangkan baginya seorang yang buta, tuli, bisu, dengan memegang sebuah pemukul, yang jika dipukulkan ke gunung niscaya akan hancur menjadi debu. Kemudian ia dipukul dengan sekali pukulan sampai menjadi debu. Kemudian Allah mengembalikan tubuhnya utuh seperti semula, dan dipukul lagi dan ia menjerit hingga didengar seluruh makhluk kecuali jin dan manusia. Kemudian dibukakan pintu neraka baginya, sehingga ia berkata: “Wahai Rabb-ku, jangan tegakkan hari kiamat!” (HR. Abu Dawud, Al-Hakim, Ath-Thayalisi, dan Ahmad)

Hadits Al-Barra’ bin ‘Azib radliyallahu ‘anhu di atas dengan gamblang menjelaskan tentang segala sesuatu yang akan dialami oleh manusia di alam kuburnya. Wajib bagi kita untuk beriman dengan berita tersebut dengan tidak menanyakan tata cara, bentuk, dan yang lainnya, karena hal tersebut tidak terjangkau oleh akal-akal manusia dan merupakan hal gaib yang hanya diketahui oleh Allah Subhanallahu wa Ta’ala. Sangat sedikit dari hal gaib tersebut yang diperlihatkan kepada para Nabi ‘alaihimussalam. Allah Subhanallahu wa Ta’ala berfirman :

عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَىٰ غَيْبِهِ أَحَدًا
إِلَّا مَنِ ارْتَضَىٰ مِن رَّسُولٍ..

“(Dialah Tuhan) Yang Mengetahui yang gaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang gaib itu. Kecuali pada Rasul yang diridhai-Nya.” (Al-Jin: 26-27)

Maka dari itu, apa yang diyakini oleh kaum Mu’tazilah dan yang bersamanya, bahwa adzab kubur dan nikmat kubur tidak ada, merupakan kesalahan dalam hal aqidah, karena hadits tentang masalah ini sampai pada tingkatan mutawatir (bukan ahad). Bahkan dalam Al-Qur`an telah disebutkan ayat-ayat tentangnya, seperti firman Allah Subhanallahu wa Ta’ala :

النَّارُ يُعْرَضُونَ عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا ۖ وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آلَ فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ

“Kepada mereka ditampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya kiamat (dikatakan kepada malaikat): “Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azdab yang sangat keras.” (Al-Mu’min: 46),

Kemudian firman Allah Subhanallahu wa Ta’ala :

وَلَنُذِيقَنَّهُم مِّنَ الْعَذَابِ الْأَدْنَىٰ دُونَ الْعَذَابِ الْأَكْبَ

“Dan sesungguhya Kami merasakan kepada mereka sebagian adzab yang dekat sebelum adzab yang lebih besar.” (As-Sajdah: 21).

Sebagian ulama menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan adzab yang dekat dalam ayat tersebut adalah adzab kubur.

Penutup

Para pembaca, semoga Allah Subhanallahu wa Ta’ala merahmati kita semua. Penjelasan di atas hanyalah sekelumit dari apa yang akan dialami manusia di alam kubur nanti. Pastilah seorang hamba yang beriman dan cerdas akan bersiap-siap dengan berbagai amalan sholih sebagai bekal di akhirat kelak, termasuk ketika di alam kubur. Dan memperbanyak do’a memohon perlindungan dari adzab kubur dengan do’a:

“Ya Allah sesungguhnya aku meminta perlindungan dari adzab kubur, dari adzab neraka, dari fitnah kehidupan dan kematian, dan dari fitnah Al-Masih Ad-Dajjal.” (HR. Al-Bukhari no.1377)

Semoga Allah Subhanallahu wa Ta’ala senantiasa melindungi kita dari berbagai ujian, baik yang tampak maupun yang tersembunyi, hingga kita menghadap-Nya, dan memberikan kepada kita kecintaan untuk bertemu dengan-Nya ketika kita akan meninggalkan kehidupan yang fana ini menuju kehidupan kekal abadi. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.
MUTIARA HADITS SHAHIH

Pernah Rasulullah Shalallahu ‘alahi wa Sallam ketika melewati dua buah kuburan bersabda:

“Ingatlah! Sesungguhnya kedua orang ini sedang diadzab; dan tidaklah mereka diadzab disebabkan dosa besar (menurut persangkaan mereka). Adapun salah satunya, semasa hidupnya ia melakukan namimah (mengadu domba); sedangkan yang satunya, semasa hidupnya ia tidak menjaga auratnya ketika buang air kecil.” (HR. Muslim no.703 dari shahabat Ibnu Abbas radliyallahu ‘anhuma)

Dalam riwayat lain: “tidak bersih saat bersuci dari buang air kecil.”
Kaum Muslimin yang berbahagia,

Demikianlah khutbah yang singkat ini. Semoga kita selalu diberi kekuatan dan kemampuan oleh Allah untuk menjaga lisan. Jangan sampai lisan kita menjadi sumber hoaks, penyebar fitnah serta adu domba, penyulut pertikaian dan pemecah belah persatuan dan kesatuan. Di era yang penuh fitnah ini, memperbanyak diam adalah sikap bijak yang dapat kita lakukan. Kita tahan lisan dan jari jemari kita agar tidak banyak omong dan banyak berkomentar agar kita selamat. Marilah kita amalkan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

مَنْ صَمَتَ نَجَا (رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ)


Maknanya: “Barangsiapa diam, maka ia selamat” (HR at-Tirmidzi)

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

     أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.ـ

Senin, 24 Mei 2021

CINTA TUHAN Ya Allah

YA ALLAH DENGARKAN DOAKU
Mengenal-Mu di hidupku
Anug'rah indah bagiku
Dan tak akan pernah terganti
Bersama-Mu kujalani
Hidup yang sungguh berarti
Kau b'rikanku kasih sempurna
Ku tahu Tuhan dengar doaku
Ku tahu Tuhan dengar peluhku
Dan kau b'rikan roh-Mu
Yang s'lalu kuatkanku
Ku tahu Tuhan lihat semua
Tetes air mata dan luka
Dan ku tau pasti
Yesus yang belaku
Ku tahu Tuhan dengar doaku
Ku tahu Tuhan dengar peluhku
Dan kau b'rikan rohMu
Yang s'lalu kuatkanku
Ku tahu Tuhan lihat semua
Tetes air mata dan luka
Dan ku tahu pasti
Yesus yang belaku
Ku tahu Tuhan dengar doaku
Ku tahu Tuhan dengar peluhku
Dan kau b'rikan rohMu
Yang s'lalu kuatkanku
Ku tahu Tuhan lihat semua
Tetes air mata dan luka
Dan ku tahu pasti 
KEADAANKU YANG SEKARANG 
ALLAH yang belaku
Dan ku tahu pasti
YA ALLAH jawab doaku